Hadits Arbain ke 19 - Jagalah Allah Niscaya Allah Menjagamu
Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin
Hadits Arbain ke 19 – Jagalah Allah Niscaya Allah Menjagamu merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 9 Dzulqo’dah 1441 H / 30 Juni 2020 M.
Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi
Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 - 18:00 WIB.
Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain ke 18 – Hadits Tentang Takwa
Kajian Hadits Arbain ke 19 – Jagalah Allah Niscaya Allah Menjagamu
Pada kesempatan sore hari ini kita akan berpindah ke hadits yang selanjutnya, hadits no 19.
عَنْ أَبِي العَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَالَ كُنْتُ: خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً فَقَالَ لِي: (( يَا غُلاَمُ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باِللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ )) رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ ))، وَفِي رِوَايَةِ غَيْرِ التِّرْمِذِيِّ: (( اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَم يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْراً )).
“Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau berkata, “Suatu hari saya dibonceng Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka beliau mengatakan kepada saya: ‘Wahai anak kecil! Sungguh aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwasanya seluruh umat manusia kalau mereka ingin memberimu manfaat dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kecuali dengan sesuatu yang telah Allah takdirkan untukmu. Dan kalau seandainya mereka berkumpul untuk membahayakanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.`” (HR. Tirmidzi dan beliau mengatakan ini adalah hadits yang hasan shahih)
Dan dalam riwayat selain At-Tirmidzi redaksinya adalah: “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Allah di hadapanmu. Kenalkanlah dirimu kepada Allah diwaktu senang, niscaya Allah akan mengenalmu diwaktu susah. Dan ketahuilah bahwasanya apa yang luput darimu tidak akan mengenaimu dan apa yang seharusnya mengenaimu tidak akan luput darimu. Dan ketahuilah bahwasanya pertolongan ada bersama kesabaran dan jalan keluar ada dalam kesempitan. Dan bersama kesulitan ada kemudahan.”
Lihat juga: Khutbah Jum’at – Jagalah Allah Maka Allah Akan Menjagamu
Siapa ‘Abdullah bin ‘Abbas?
Hadits ini adalah riwayat ‘Abdullah bin ‘Abbas, anak paman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al-‘Abbas adalah paman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau punya seorang putra yang namanya ‘Abdullah yang tumbuh menjadi salah satu tokoh ulama Islam, bahkan sejak umur beliau masih belia beliau sudah menunjukkan kecerdasan dan ilmu yang mempuni saat beliau masih muda. Dan ini berhubungan dengan barokah doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dimana beliau mendoakan ‘Abdullah bin ‘Abbas dengan doa yang masyhur:
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ
“Ya Allah, jadikan dia faqih (paham) dalam urusan agama dan ajarilah dia takwil atau tafsir Al-Qur’an.” (HR. Ahmad)
Maka beliau menjadi salah satu faqih dari kalangan sahabat dan juga salah satu ahli tafsir di umat ini Radhiyallahu ‘Anhu. Dan beliau wafat pada tahun 68 Hijriyah.
Dalam hadits ini beliau menyampaikan bahwasanya suatu ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membonceng ‘Abdullah bin ‘Abbas. Tentunya orang pada zaman itu memiliki kendaraan yang sangat sederhana, biasanya berupa unta, kadang-kadang kuda, kadang-kadang keledai. Kendaraan tradisional ini bisa atau boleh dinaiki. Bahkan hadits ini juga menunjukkan bahwa kita boleh untuk membonceng orang lain di atas kendaraan tradisional ini selagi tidak membebani binatang tersebut dengan beban yang terlalu berat, yang masuk akal, yang tidak terlalu memberatkan binatang yang kita tumpangi.
Maka suatu hari ‘Abdullah bin ‘Abbas dibonceng oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Keduanya terlibat dalam pembicaraan yang bermanfaat. Ini adalah sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sunnah para sahabat, berbicara dengan pembicaraan yang baik, ngobrol dengan obrolan yang bermanfaat, sehingga akhirnya obrolan ini bisa kita rasakan berkahnya. Ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai kepada kita dengan jalur ‘Abdullah bin ‘Abbas. Obrolan ringan di atas unta antara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan ‘Abdullah bin ‘Abbas akhirnya diabadikan dalam hadits ini dan sampai kepada kita, Alhamdulillah..
Jadi ketika membonceng ‘Abdullah bin ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada beliau: “Wahai anak kecil!”, karena memang ‘Abdullah bin ‘Abbas masih muda sekali waktu itu, tapi beliau sudah bisa menangkap apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian menyimpannya dan akhirnya menyampaikannya untuk para sahabat yang lain dan juga untuk umat Islam setelah beliau.
“Sungguh aku ingin mengajarimu beberapa kalimat”, “kalimat” dalam bahasa Arab artinya adalah “kata”. Tapi di sini beliau ingin menyampaikan beberapa kata, dengan redaksi jamak. Jadi tidak masalah kalau kita menerjemahkannya dengan kalimat. Karena memang dia bukan hanya satu kata, tapi dia adalah susunan kata-kata yang membentuk kalimat. Jadi, “Sungguh aku ingin mengajarimu beberapa kalimat” diantaranya adalah:
Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu
Menjaga Allah artinya adalah menjaga aturan dan batasan yang telah dibuat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjaga Allah bisa kita ringkas menjadi 4 poin; (1) dengan menjalankan perintah-perintah Allah semampu kita, (2) meninggalkan semua laranganNya, (3) mempercayai kabar berita yang disampaikanNya dan (4) beribadah kepadaNya dengan tata cara yang telah Dia ajarkan.
Kalau kita sudah mewujudkan hal ini, maka janji Allah adalah bahwa Allah akan menjaga kita. Jika kita menjaga aturan Allah, menjaga batasan-batasan Allah, maka ganjarannya Allah akan menjaga kita.
الْجَزَاءَ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ
“Pahala itu sejenis dengan amalannya.”
Di sini kita diperintahkan untuk menjaga aturan Allah, ganjaran atau pahalanya adalah kita dijanjikan untuk bisa mendapatkan penjagaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita harus yakin ini. Karena Allah tidak mengingkari janjiNya. Kalau kita menjaga Allah, kalau kita menjaga aturan-aturan Allah, maka pasti Allah akan menjaga kita.
Bagaimana bentuknya? Bentuknya ada dua macam. Yang pertama adalah penjagaan dalam urusan dunia kita, yang kedua adalah penjagaan dalam urusan akhirat kita.
Penjagaan dalam urusan dunia
Penjagaan dalam urusan dunia kita bisa berupa penjagaan secara fisik. Allah menjaga kita dari penyakit, menjaga kita dari wabah, menjaga kita dari berbagai gangguan atau menjaga badan kita saat kita sudah rendah renta.
Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwasanya al-Qadhi Abu Thayyib ath-Thabari Asy-Syafi’i, beliau adalah diantara ulama Syafi’iyyah pada abad ke-5 Hijriyah. Diusia beliau yang sudah tua, beliau masih bisa melompat dengan gesit dan orang-orang takjub tapi sekaligus juga mencela beliau, sudah tua tapi kok masih bisa lompat seperti itu. Maka beliau mengatakan:
هذه جوارح حفظناها عن المعاصي في الصغر فحفظها الله علينا في الكِبَر
“Anggota tubuh ini dahulu kami menjaganya waktu kami masih muda, maka balasannya adalah Allah menjaganya untuk kami saat kami sudah tua.”
Ini adalah penjagaan secara fisik. Dan sebaliknya, kalau kita tidak menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak menghormati aturan-aturan Allah, maka kita tidak akan mendapatkan penjagaan seperti yang didapatkan oleh orang-orang shalih seperti beliau. Maka disebutkan juga bahwa ada sebagian orang yang ketika tuanya meminta-minta, berkeliling kampung mengemis, maka melihat hal itu ada sebagian Salaf yang mengatakan atau mengomentari hal tersebut dengan mengatakan:
إن هذا ضيّع الله فى صغره ، فضيّعه الله فى كبره
“Orang ini dahulu dimasa mudanya tidak menjaga Allah, maka Allah tidak menjaganya dimasa tua (Allah membiarkannya).”
Ini adalah pelajaran untuk kita semuanya.
Allah akan menjaga keturunan kita
Kemudian diantara bentuk penjagaan di dunia adalah Allah akan menjaga keturunan kita kalau kita menjaga aturan Allah, kalau kita tumbuh menjadi orang tua yang shalih, bapak ibu yang shalih dan shalihah, maka insyaAllah Allah akan menjaga keturunan kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di akhir surat Al-Kahfi:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ…
“Adapun tembok itu adalah milik dua orang anak yatim di kota, dan dahulu di bawah tembok itu ada harta karun untuk keduanya, dan dahulu ayah dari keduanya adalah orang yang shalih. Maka Tuhanmu (wahai Musa) ingin agar kedua anak yatim itu tumbuh dewasa sehingga keduanya bisa mengeluarkan harta karun itu sebagai bentuk rahmat dari Tuhanmu...” (QS. Al-Kahfi[18]: 82)
Ketika menafsirkan ayat ini Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala mengatakan bahwa ayat ini adalah dalil bahwasannya orang shalih itu akan dijaga keturunannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam ayat disebutkan bahwa ayah dari kedua anak yatim ini dahulu adalah orang yang shalih, maka Allah ingin agar keduanya tumbuh dewasa dan bisa mengeluarkan harta karun di bawah tembok atau dinding itu sebagai bentuk rahmat Allah.
Jadi ketika orang tuanya shalih, maka Allah menjaga keturunan kita. Dan ini berlaku untuk semuanya, tidak hanya untuk orang yang diceritakan dalam ayat, ini berlaku untuk agama kita juga, agama Islam. Maka warisan terbaik yang bisa ditinggalkan oleh orang tua kepada anaknya bukanlah rumah yang megah, bukan kendaraan yang mewah atau harta yang berlimpah, bukan itu, tapi keshalihan yang bisa kita tinggalkan untuk anak-anak kita. Dan dengan sebab itu insyaAllah Allah akan menjaga mereka.
Kadang-kadang kita khawatir bagaimana kalau kita harus berpisah dengan anak-anak kita. Dan bisa jadi perpisahan itu terjadi saat mereka masih kecil, maka kita khawatir, kita tidak merasa aman dengan kondisi mereka saat kita tidak bersama mereka lagi. Kalau kita punya kekhawatiran seperti itu, inilah jawabannya. Jadilah ayah yang shalih, mari kita menjadi orang tua yang shalih. Jadilah anda ibu yang shalihah. Maka kalau anda bisa wujudkan itu, anda tidak perlu khawatir. Karena insyaAllah anak-anak keturunan kita akan dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan barokah keshalihan orang tua mereka.
Juga diantar bentuk penjagaan dalam urusan dunia adalah kadang-kadang bisa terjadi hal-hal yang aneh, karomah, yang tidak umum. Seperti yang diriwayatkan oleh Al-Hakim tentang budak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bernama Safinah. Suatu ketika beliau menaiki sebuah kapal atau perahu dan kapal beliau pecah, maka beliau terdampar di sebuah pulau dan di pulau ini terdapat binatang buas diantaranya singa. Dalam riwayat Al-Hakim ini disebutkan bahwasannya ternyata singa yang seharusnya sangat menakutkan, yang biasanya adalah binatang buas, disebutkan bahwa singa ini justru malah berjalan bersama Safina, menunjukinya jalan dan tidak menyerangnya, bahkan sampai melepasnya ketika Safinah sudah mengetahui jalan untuk kembali. Ini disebutkan oleh Al-Hakim, Thabrani dan yang lain.
Jadi ini adalah bentuk penjagaan dalam urusan dunia.
Penjagaan dalam urusan akhirat
Ini adalah penjagaan yang lebih penting. Ini adalah penjagaan yang hakiki. Yaitu dalam bentuk Allah melindungi kita dari syubhat, dari pemikiran-pemikiran yang menyesatkan, dari bid’ah yang sesat.
Juga Allah melindungi kita dari syahwat yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kenikmatan-kenikmatan duniawi yang diharamkan; seperti makan riba, memakan makanan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berzina, minum khamr, berjudi dan semua yang disana ada kelezatan. Tapi dengan menjaga batasan-batasan Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Allah akan menjaga kita dari itu semuanya.
Allah menjaga kita dari kekufuran, Allah memilih kita untuk menjadi mukmin dan muslim dan memberikan istiqamah kepada kita sehingga kita bisa meninggal di atas jalan ini. Ini adalah penjagaan yang luar biasa, ini adalah penjagaan yang hakiki, penjagaan yang lebih penting daripada penjagaan yang pertama tadi.
Maka kalau kita melihat ada orang yang MasyaAllah terjaga dari syubhat, begitu jauh dari syahwat, bisa menundukkan pandangannya, tidak menyukai tontonan-tontonan yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau suara-suara terlaknat, dijaga oleh Allah dengan bisa menimba ilmu dari para ulama sunnah, maka selayaknya kita iri kepada mereka itu. Ini adalah bentuk penjagaan yang hakiki.
Download mp3 kajiannya dan simak penjelasan lengkapnya..
Download mp3 Hadits Arbain Yang Ke 19 – Jagalah Allah Niscaya Allah Menjagamu
Podcast: Play in new window | Download
Lihat juga: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48643-hadits-arbain-ke-19-jagalah-allah-niscaya-allah-menjagamu/